Sr. Paula, MASF – In Memoriam

31 10 2012

Dear rekan-rekan Gemawarta,

Malam ini akan diadakan Misa Requiem 7 Hari Wafatnya Sr. Retno Paula, MASF jam 19:30 WITA di Aula SD St. Mikael (SD RK), Serobong, Balikpapan. Bagi rekan-rekan yang ingin mengenang & mendoakan beliau, silakan bergabung ya.

Sekilas tentang Sr. Retno Paula, MASF dari cerita yang saya tau dan sudut pandang mata saya:
Beliau adalah salah satu founder dari Rumah Retreat “Bukit Rahmat” Putak, Loa Duri. Beliau lah yang menebas pepohonan dan hutan di sekitar areal calon rumah retreat sekitar 11-12 tahun lalu. Beliau juga yang mengalami peristiwan kebakaran hebat di bagian dapur rumah Retreat dan kemudian mengajak umat Katolik di Balikpapan untuk peduli dengan pembangunan kembali Dapur Rumah Retreat dengan berapi-api, sehingga saat itu Dapur dapat dibangun kembali dengan cepat dan lebih luas.

Beliau sosok yang tegar, tegas dan berwibawa. Saya kehilangan tawanya yang lepas dan lebar. Saya mengenal beliau sejak 2005-2006 sewaktu saya “bertugas” sebagai reporter Program Talkshow GEMAWARTA (GW). Beberapa kali team GW mengunjungi Rumah Retreat Putak untuk mewawancarai Sr. Paula dan semua suster MASF yang mengelola rumah retreat ini.

Beliau juga berjuang bersama semua Sr MASF di tempat itu untuk mempertahankan areak milik Rumah Retreat agar tidak terkena gusuran jalur tambang dan perkebunan Sawit yang akan dibuka oleh mereka yang kurang bertanggung jawab.

Rumah retreat Putak kini menjadi saksi bisu atas perjuangan dan pelayanan Suster Paula, MASF untuk menyediakan tempat yang layak bagi umat Katolik & Kristen pada umumnya, tempat yang nyaman untuk berdoa, rekoleksi, retreat, rapat Dewan, dll.

Masih banyak kesan dari beliau, yang tidak cukup diceritakan dalam 1-2 hari saja. Begitu banyak kontribusi beliau, dan dari sisi saya secara pribadi maupun saya sebagai Ketua maupun Anggota Organisasi Kategorial, Gemawarta (dulu) dan saat ini KKMK BPN, saya merasa sangat bertumbuh dengan kehadiran beliau, dengan kotbah-kotbah beliau ketika rekoleksi/retreat, dengan sapaan-sapaan manis beliau. Semoga kiranya perjuangan pelayanan beliau patut menjadi teladan bagi siapapun yang pernah mengenai beliau selama hidup di dunia.

Sr Paula kemudian terkena kanker payudara sekitar tahun 2007/2008 (saya kurang pasti) karena beliau selalu menutupi kalau beliau ternyata sudah didiagnose terkena kanker, jadi saya pastinya kurang tau. Yang saya ingat, waktu itu kami dari Bakor Umkris Chevron mengadakan retreat di sana dan beliau akhirnya cerita mengenai penyakitnya dan perjuangannya untuk sembuh.

Dua tahun lalu, Sr. Paula sempat mampir ke BPN, setelah berobat cukup lama di Solo. Waktu itu saya masih sempat “nodong” Sr. Paula untuk jadi narasumber dalam acara Devosi Besar Bunda Maria thn 2010 di Grj Sta. Theresia, Prapatan. Sr. Paula betul mau menyempatkan diri hadir dalam acara tersebut dan memberikan kesaksiannya mengenai iman terhadap Bunda Maria, namun sayangnya justru hari itu saya terpaksa pergi ke Jakarta untuk dinas kantor yang mendadak, dan saya tidak berkesempatan bertemu beliau waktu itu dan hanya diwakilkan oleh suami dan Citra saja yang menemani beliau.

Sejak saat itu, kami hanya berkomunikasi dengan sms/telpon, masih saling mengucap salam Ultah, Natal, Paskah, dll, dan seperti halnya ketika Suster meminta bantuan untuk biaya pendidikan bagi anak2 yatim di Solo. Saya sempat membantunya menggalang dana tersebut di Balikpapan bersama crew Gemawarta. Setelah itu saya akhirnya mendengar kabar duka cita ini.

Suster Paula, selamat jalan Suster, engkau telah hidup dan menjadi inspirasi bagi kami yang masih berziarah di dunia ini. Terima kasih Sr atas dedikasi dan pelayanan yang telah Sr berikan, meskipun sakit parah, namun Sr selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik buat sesama. Sr, semoga perjalanan mu ke rumah Bapa segera tiba di Surga dan mohon doakan kami agar selamat pada saat akhir nanti.

Terima kasih Suster Paula, MASF. Tuhan Yesus memberkati mu.





Info Jadwal Misa Rabu Abu – 22 Feb 2012

21 02 2012

 

* PAROKI STA. THERESIA, PRAPATAN
Pagi: 06:00 WITA
Sore: 18:00 WITA

… * PAROKI ST. PETRUS & PAULUS, DAHOR
Sore: 19:00 WITA
– Stasi Regina Pacis, Sumberrejo
Sore: 19:00 WITA

* PAROKI ST. KLEMENS 1, SEPINGGAN (termasuk St. Yosep Argosari, Sta. Clara Amburawang)
Sore: 18:00 WITA

* PAROKI PENAJAM
Selasa, 21 Feb: Stasi Sebakung, 16:00 WITA
Rabu, 22 Feb: Paroki Penajam, 19:00 WITA
Kamis, 23 Feb: Stasi Sotek, 17:00 WITA
Jumat, 24 Feb: Lokasi Riko, 15:00 WITA dan Stasi ITCI, 19:00
Sabtu, 25 Feb: Stasi WKP, 20:00 WITA
Minggu, 26 Feb: Stasi Petung, 11:00 WITA dan Stasi Jenebora, 20:00 WITA

Selamat memasuki Hari-hari Puasa dan Pantang.
GBU always.





Jadwal Misa Malam Natal & Natal Pertama di Balikpapan

20 12 2011

 INFO JADWAL MISA MALAM NATAL & NATAL PERTAMA:
* Paroki Sta. Theresia, Prapatan:
1. Misa Malam Natal, 24 Des, 19:00 WITA (hanya 1x) nuansa Tionghoa
Note: untuk parkiran, karena lahan Gereja sedang dalam pembangunan, sehingga lahan parkir dijadikan juga sebagai tempat duduk umat, sehingga parkir diatur di Puskesmas, Prapatan Dalam, atau SMP Patra Dharma. Akan disediakan angkot-angkot (sebagai shuttle bus) untuk mengangkut umat dari Parkiran ke Gereja. Maaf, kenapa menggunakan angkot, karena kalau pake bus/mini bus, justru akan memperparah kemacetan di depan pintu Gereja, sehingga dengan angkot yang kecil dan gesit, kemacetan bisa diminimasi sebanyak mungkin.

… 2. Natal pagi, 25 Des 2011, pukul 8:00 WITA

* Paroki St. Petrus & Paulus, Dahor:
1. Tgl 24 di Dahor jam 19.00 WITA nuansa Toraja,
2. Tgl 24 di Regina Pacis jam 22.00 WITA nuansa Manado.
3. Tgl 25 di Dahor jam 09.00 WITA

* Paroki St. Klemens 1, Sepinggan:
1. Tgl 24 Des pukul 19:00 WITA
2. Tgl 25 Des pukul 08:00 WITA
Note: bertempat di Aula BRIMOB Stal kuda karena Gerejanya sedang dibongkar

Terima kasih, semoga bermanfaat.
Selamat menjalani Minggu Advent yang terakhir.
Tuhan memberkati kita semua.





Proficiat, Pst. Teddy Aer, MSF

15 12 2011

Pro: Pst. Teddy Aer, MSF

PROFICIAT…. Selamat menempuh studi dan pelayanan di tempat yang baru. Terima kasih atas semua kebersamaan kita selama ini dengan GEMAWARTA.

 Sungguh, kehadiran Pst Teddy di antara kita sangat membangun perkembangan GEMAWARTA baik secara fisik maupun rohaniah-nya.

Semoga Pst Teddy di tempat yang baru mampu mengembangkan potensi diri khususnya untuk lebih mencintaiNya dan melayani umat lebih banyak lagi di sana.

Till we meet again, Father.

We miss you already.





RIP Pastor Pieter Sinnema, MSF – 10 Sept 2011

12 09 2011

Berita Duka:
Telah wafat dengan tenang: Pst. Pieter Sinnema, MSF
pada hari Sabtu, 10 September 2011, sekitar pukul 14:00 WITA di salah satu RS di Melbourne, Australia.

Beliau adalah Pastor pembantu di Paroki Sta. Theresia, Prapatan, Balikpapan. Dan terakhir kali, beliau dalam status cuti dan mengunjungi saudaranya yang merayakan Pesta Emas Pernikahan di Melbourne. Kemudian sakit dan dirawat di RS di Melbourne selama sekitar 2 minggu, lalu meninggal tanggal 10 Sept 2011 kemarin lusa.

Saat ini jenasah masih di Melbourne dan sedang diatur pengiriman jenasah/abu jenasah ke Indonesia.

Jadwal Misa Requiem:
* Hari ke-3: Senin, 12 Sept 2011, 19:00 di Gereja Paroki Sta. Theresia, Prapatan
* Hari ke-7: Jumat, 16 Sept 2011, 19:00 di Gereja Paroki Sta. Theresia, Prapatan

Misa Requiem dilakukan tanpa menunggu jenasah/abu jenasah tiba di Balikpapan, karena untuk pengiriman masih dilakukan koordinasi dengan pihak keluarga di Melbourne dan belum ada update terakhir.

Apabila jenasah/abu jenasah tiba di Paroki Sta. Theresia, maka akan disemayamkan 1 malam di Paroki, agar umat dapat memberikan doa dan penghormatan terakhir buat beliau. Dan besok paginya akan diberangkatkan ke pemakaman di Sei Siring, Samarinda, di tempat pemakaman khusus MSF/MASF.

Demikian update sementara.
Saya akan terus posting perkembangan selanjutnya. Dan bagi umat yang berkesempatan atau ingin mendoakan Pst. Sinnema, MSF, silakan datang malam ini untuk Misa Requiem hari ke-3 wafatnya beliau.

Yang berduka,
Crew GemaWarta





Pelatihan, Seminar & Lomba Akbar Anak-anak SEKAMI

1 03 2010

BACKDROP SEKAMI Rev1





Pameran Replika, Foto & Seminar: Kain Kafan Yesus dari Turin, 18-25 Oktober 2008, Gereja Katolik Sta. Theresia, BPN

20 10 2008

Panitia Penyelenggara Pameran Replika, Foto & Seminar: Kain Kafan Yesus dari Turin mengundang segenap umat Katolik/Kristen se-Balikpapan untuk hadir dan mengalami sendiri Cinta Kasih Tuhan yang ditunjukan dari keberadaan Kain Kafan Yesus ini.

Pameran Replika & Foto berlangsung dari tgl 18 s/d 25 Oktober 2008:

Pagi: 10:00 – 14:00 WITA

Sore/Malam: 17:00 – 21:00 WITA

 

Seminar mengenai Kain Kafan Suci dari Turin, sbb:

tgl 22 Okt s/d 24 Okt, pukul 19-21 WITA di Gereja Katolik Prapatan, sbb:

Hari pertama (22 Okt) : ” kain Kafan dari Segi Sejarah”

Hari kedua (23 Okt) : ” Kain Kafan dari Segi Ilmiah”

Hari ketiga (24 Okt) : ” Kain Kafan dan Injil Tentang Sengsara”

Dibawakan oleh Pastor Gabiele Antonelli, CP Lic Theol

./csw

Kain Turin

Kain Turin





Pesta Salib Suci

21 09 2008

Bila pada hari Minggu lalu menghadiri perayaan Ekaristi, pasti ada yang berbeda pada misa minggu lalu itu yaitu warna liturginya adalah merah. Ya, itu karena pada 14 September lalu dirayakan Gereja sebagai Pesta Salib Suci. Yang istimewa, karena pada tahun ini 14 September jatuh pada hari Minggu, maka Pesta Salib Suci dirayakan sebagai Hari Raya, sehingga tahun ini kita tidak merayakan Minggu Biasa ke-24 karena sudah digantikan oleh Pesta Salib Suci tersebut.

Pesta Salib Suci yang dalam kalender liturgi Gereja Katolik Ritus Latin disebut “Exaltatione Sanctae Crucis” mengenangkan Salib Kristus yang diketemukan oleh Santa Helena pada tahun 326 pada saat ia berziarah ke Yerusalem. Di lokasi penemuan ini didirikan Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulchre) yang hingga kini masih berdiri di Yerusalem. Pemberkatan Gereja Makam Suci ini dirayakan secara meriah pada tanggal 13 dan 14 September 335. Salib Suci sendiri diperlihatkan kepada umat pada tanggal 14 September 335 sehingga tanggal inilah yang digunakan hingga hari ini.

Nah siapakah Santa Helena? Ia adalah ibu dari kaisar Konstantinus, dilahirkan di Drepanum, dekat Izmit, Turki walaupun ada sumber lain yang menyatakan ia lahir di Bitynia, Asia Kecil sekitar tahun 250. Pada tahun 270, puteri pengusaha rumah penginapan ini, menikah dengan seorang jenderal Romawi yang kemudian berhasil menduduki takhta kekaisaran Romawi bagian Barat menggantikan Deokletianus: Flavius Valerius Konstantius, yang disebut juga Konstantius Klorus. Mereka tinggal di Naissus (sekarang: Nis, Serbia). Di sanalah pada tahun 274 Helena melahirkan Flavius Valerius Aurelius Constantinus atau Konstantinus I.

Suami Helena, Kaisar Konstantius Klorus meninggal dunia pada tahun 308 dalam suatu ekspedisi ke Britania. Setelah terlibat dalam beberapa peperangan Konstantinus I kemudian menjadi Kaisar Romawi Barat. Empat tahun kemudian, terdapat lima kaisar di Kekaisaran Romawi yang saling bersaing: Konstantinus, Maxentius, Licinius, Galerius dan Maximinus. Tatkala Galerius meninggal dunia, kekaisaran dibagi dalam empat bagian: Konstantinus memerintah di Gaul (Prancis), Britania (Inggris) dan Raetia (Swiss); Maxentius di Spanyol, Italia dan Afrika Utara; dan bagian Timur kekaisaran diperintah oleh Licinius dan Maximinus. Pada tahun 312, Maxentius menyerang Konstantinus. Dalam kegentingan di Jembatan Milvian yang melintasi sungai Tiber di sebelah utara Roma, Konstantinus mengalami suatu penglihatan ajaib: sebuah salib tampak di langit dengan pancaran cahaya yang kilau-kemilau dan kalimat dalam bahasa Yunani “En Toutoi Nika” yang artinya, “dalam tanda ini engkau akan menang” atau dalam bahasa Latin ”in hoc signo vinces.” Konstantinus kemudian menuliskan huruf Chi-Ro dalam abjad Yunani yang merupakan inisial kata ’Kristus’ pada perisai-perisai pasukannya dan kemudian menang dengan mudah atas Maxentius dan ia memasuki Roma dengan jaya.

Karena kemenangannya di bawah panji salib, Konstantinus I seketika itu mengabaikan seremoni pemujaan terhadap dewa-dewi Romawi. Kaisar Konstantinus dan Helena, ibunya, mulai menjadi pengikut Kristus.

Pada tahun 313 Konstantinus mengumumkan Maklumat Milan yang mengakhiri pelarangan terhadap Kristen dan memberikan kebebasan beragama bagi penduduk di wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Semua orang Kristen yang masih dalam penjara dibebaskan, dan semua kekayaan Gereja yang dijarah dikembalikan, pula ia menghadiahkan banyak tanah kepada Gereja. Walaupun memang Maklumat Milan itu tidak menyatakan Kristen sebagai agama negara ataupun melarang sama sekali agama pagan Romawi yang memuja dewa-dewi, Maklumat Milan melepas penderitaan para pengikut Kristus yang selama bertahun-tahun dikejar dan dianiaya oleh Kaisar Romawi. Konstantinus walaupun di Gereja Ortodoks dan Katolik Timur, digelari sebagai Santo tetapi Gereja Katolik Latin sendiri tidak memberinya gelar Santo.

Kembali kepada Helena, di usia sekitar 63 tahun, berziarah ke Tanah Suci Yerusalem pada tahun 324 untuk mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberi banyak rahmat berkat kepada keluarganya. Dalam ziarah suci itu Helena berusaha mencari, dan akhirnya menemukan, salib Yesus. Pada tahun 326 Helena menemukan tiga salib dalam sebuah waduk batu, berikut titulus yaitu prasasti kayu di mana tertulis Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum (INRI) yang berarti Yesus dari Nazareth Raja Orang Yahudi.

Dari ketiga salib yang ditemukan itu, yang manakah yang merupakan Salib Kristus. Konon, ketika ketiga salib dan titulus dipindahkan dari waduk batu, seorang perempuan yang sedang menghadapi ajal karena suatu penyakit yang mematikan, dibawa ke sana. Ia menyentuh ketiga salib satu per satu. Setelah ia menyentuh salib ketiga, sekonyong-konyong ia sembuh, dengan demikian menyatakan salib yang asli. Sumber-sumber lain juga menyebutkan mengenai penemuan alat-alat siksa Sengsara Yesus sesudahnya. Dan yang paling penting, adalah catatan Santo Ambrosius bahwa ketika Helena menemukan salib yang asli, “Helena tidak menyembah kayu, melainkan Raja, yaitu Dia yang tergantung pada kayu salib. Ia berkobar-kobar dalam kerinduan sejati untuk menyentuh jaminan hidup abadi.”

Santo Sirilus dari Yerusalem mengajukan beberapa bukti pendukung. Dalam suratnya kepada Kaisar Konstantius (putera dan penerus Konstantinus), Santo Sirilus memaklumkan, “Kayu salib yang menyelamatkan ditemukan di Yerusalem pada masa Konstantinus.” Dalam Pengajaran Katekese yang keempat, ia menulis, “Ia sungguh disalibkan demi dosa-dosa kita. Sebab, jika engkau menyangkalnya, tempat ini secara tak terelakkan membuktikan kesalahanmu; Golgota yang terberkati ini, di mana kita sekarang berkumpul demi Dia yang disalibkan di sini; dan sejak itu seluruh dunia telah dipenuhi dengan potongan-potongan kayu Salib.”

Karena kegembiraannya menemukan Salib Kristus, Helena meminta puteranya mendirikan sebuah gereja di atas bukit Golgota untuk menyimpan Salib Suci yaitu Gereja Makam Suci. Ia memotong sebagian salib untuk dikirim ke Roma dan Konstantinopel. Bersama Gereja Makam Suci adalah Kapel Penemuan Salib Suci, yang menandai lokasi waduk batu. Ia membangun pula dua buah gereja lain, yaitu Gereja Kelahiran Kristus (Church of The Nativity) di Betlehem untuk menandai Kelahiran Kristus dan Gereja Bukit Zaitun (Eleona Church on the Mount of Olives) untuk menandai tempat Kenaikan Kristus ke Surga. Di Konstantinopel ia mendirikan Gereja Para Rasul Suci (Church of the Holy Apostles). Di Roma sendiri terdapat Basilika Santa Croce in Gerusalemme yang berasal dari kapel dalam istana tempat tinggal Helena. Basilika ini menyimpan relik-relik yang dibawa dari Yerusalem, yaitu potongan Salib Suci, paku untuk menyalibkan tubuh Yesus, duri dari mahkota duri Yesus, dan sepertiga bagian dari titulus yang bertuliskan kata ’Nazarene’. Pada awalnya, Gereja ini berlantaikan tanah yang dibawa dari Yerusalem, sehingga menggunakan kata ’di Yerusalem’ pada namanya.

Santa Helena wafat pada tahun 330 dalam usia sekitar 80 tahun; jenazahnya dimakamkan dalam makam keluarga kaisar tetapi kemudian disemayamkan di Museum Pio-Clementino di Vatikan. Pesta Santa Helena sendiri dirayakan oleh Gereja Katolik pada tanggal 18 Agustus, sementara Gereja Ortodoks merayakan pestanya pada tanggal 21 Mei, sebagai satu kesatuan dengan pesta Konstantinus, putranya.

Tradisi merayakan penemuan Salib Suci berlanjut dan setiap tahun dirayakanlah Pesta Salib Suci di Yerusalem. Kekhidmatan perayaan ini menarik sejumlah besar biarawan dari Mesopotamia, Syria, Mesir dan dari provinsi-provinsi Romawi lainnya untuk datang ke Yerusalem. Setiap tahunnya, tidak kurang dari 40 uskup menempuh perjalanan jauh dari dioses mereka untuk menghadiri perayaan ini. Di Yerusalem pesta ini berlangsung selama 8 hari berturut-turut dan, pada masa itu, pesta ini menjadi suatu perayaan yang hampir sama pentingnya dengan Paskah dan Epifani. Pesta ini kemudian menyebar ke luar Yerusalem, mulai dari Konstantinopel (sekarang Istanbul) sampai ke Roma pada akhir abad ketujuh, dan akhirnya masuk ke dalam kalender liturgi Gereja Katolik sebagai suatu pesta wajib.

Tetapi perayaan di Yerusalem sendiri tidak berjalan baik. Sebagai tempat yang disucikan bagi tiga agama samawi, Yerusalem selalu menjadi tempat perebutan kekuasaan dan peperangan sejak dulu, bahkan hingga kini. Tentara Persia merebut Damaskus pada tahun 613 dan kemudian menguasai Yerusalem pada tahun 614. Gereja Makam Suci dirusak, dan potongan Salib Suci yang berada dalam Gereja dibawa pergi oleh pasukan Persia dibawah Raja Khusrau II. Kaisar Byzantine yaitu Heraclius mendapatkannya kembali setelah mengalahkan Khusrau pada tahun 628. Salib Suci dikembalikan ke Gereja Makam Suci setahun kemudian setelah Heraclius sempat membawanya ke Konstantinopel.

Sebuah kisah menceritakan bahwa Heraclius ingin mengembalikannya sendiri ke Yerusalem dalam perayaan meriah dan dengan membawa sendiri potongan salib itu ke Gereja Makam Suci yang berada di Kalvari. Ia mengenakan pakaian kebesarannya sebagai kaisar berhiaskan emas dan bertatahkan batu mulia menggendong Salib di pundaknya. Ketika Kaisar tiba di gerbang Yerusalem, tiba-tiba ia tak sanggup bergerak maju. Uskup Yerusalem, Zachary, yang menyambut kedatangan rombongan Kaisar mengatakan kepadanya bahwa dengan busana kebesarannya, Kaisar tidak menampakkan diri sebagai pengikut Yesus yang miskin dan rendah hati. Heraclius kemudian melepaskan jubah kekaisarannya dan sepatunya. Dalam jubah biasa dan bertelanjang kaki Heraclius dapat melanjutkan perjalannya membawa kayu Salib Kristus ke Kalvari, tanpa kesulitan.

Gereja Makam Suci yang berada di Golgota kemudian terbakar sebagian pada pintu dan atapnya di tahun 966. Pada 18 Oktober 1009 Gereja Makam Suci dihancurkan hingga ke fondasinya, sebuah peristiwa yang kemudian menjadi salah satu pemicu perang yang berlangsung hingga dua abad. Kekaisaran Byzantin awalnya mengupayakan pembangunannya kembali lewat negosiasi. Restorasi Gereja Makam Suci sendiri selesai pada tahun 1048 walaupun tidak berhasil sepenuhnya tampil seperti semula. Di tengah pertikaian antara kelompok-kelompok yang berusaha menduduki Yerusalem, Gereja Makam Suci terus diusahakan untuk diperbaiki walaupun karena perang, usaha restorasi seringkali kemudian rusak lagi. Para Fransiskan melanjutkan usaha restorasi mulai pada tahun 1555 namun sebuah kebakaran di tahun 1808 mengakibatkan struktur rotunda Gereja runtuh. Pembangunan atap dimulai setahun kemudian yaitu tahun 1809-1810. Untungnya kebakaran ini tidak mencapai bagian makam, sehingga bagian terlama yang dapat dilihat sekarang adalah bagian makam yang dilapisi marmer yang berasal dari perbaikan di tahun 1555. Struktur kubah baru dibangun kembali pada tahun 1870. Renovasi besar-besaran baru dimulai pada tahun 1959 dan renovasi kubah dilakukan pada 1994-1997.

Area di dalam Gereja Makam Suci ini dikapling-kapling berdasarkan keputusan di tahun 1767, awalnya dibagi untuk Gereja Katolik, Armenia, Ortodoks Timur dan Ortodoks Yunani sebagai pemegang kapling terbesar. Di tahun 1852 dikeluarkan keputusan bahwa Gereja Ortodoks Koptik, Ortodoks Ethiopia dan Ortodoks Syria mendapatkan kapling yang lebih kecil. Menarik sekali bahwa jalan masuk ke Gereja ini sejak tahun 637 dipegang kepada dua keluarga muslim hingga hari ini. Keluarga Joudeh memegang kuncinya dan keluarga Nusseibeh menjaga pintunya. Dua kali sehari, seorang anggota keluarga Joudeh membawa kunci yang kemudian akan digunakan untuk mengunci atau membuka pintu oleh seorang anggota keluarga Nusseibeh.

Karena sejarah Salib Suci Kristus ini adalah bagian dari sejarah Gereja Purba, tidak heran bahwa Pesta Salib Suci ini bukan saja dirayakan oleh Gereja Katolik Latin di Roma, tetapi juga bersama-sama dengan Gereja Ortodoks Timur, Katolik Timur, Armenia, Ethiopia, Syria-Malankara, hingga pada sebagian Anglikan dan Lutheran. Bahkan di Gereja Ortodoks Timur, Pesta ini dirayakan hingga lebih dari seminggu, dengan tanggal 14 September sebagai hari puasa. Tanggal 13 September adalah permulaan dari pestanya di mana Salib ditahtakan di altar dan umat melakukan tuguran semalam suntuk hingga tanggal 14 September. Puncak perayaannya adalah tanggal 14 September dimana uskup atau imam membawa salib ke tengah-tengah umat yang berkumpul dan umat bersujud bersyukur dan pada akhir perayaan menerima berkat dalam salib. Salib kemudian ditahtakan dalam gereja hingga 8 hari kemudian.

Di awal tadi kita mengetahui bahwa Pesta Salib Suci ini bermula di Yerusalem, kemudian menyebar dan dirayakan umat Kristiani, mula-mula di Timur, yakni di Byzantium/Konstantinopel baru kemudian semakin dirayakan oleh jemaat di Roma dan akhirnya seluruh dunia. Awalnya juga hanya merayakan penemuan Salib Kristus oleh Santa Helena pada tahun 326, tetapi dewasa ini juga merayakan dua peristiwa yang berkaitan, yaitu pemberkatan Gereja Makam Kudus (Basilica of the Holy Sepulchre) tahun 335 dan peristiwa tahun 629 yaitu Kaisar Heraclius membawa kembali potongan Salib Kristus yang dibawa pergi dari Yerusalem oleh tentara Persia.

Pada peringatan Pesta Salib Suci 2008, Bapa Suci Benediktus 16 berada di Lourdes untuk merayakan 150 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes. Bapa Suci berada di Lourdes selama 4 hari dari tanggal 12 hingga 15 September. Pada audiensi umumnya di Vatikan 17 September siang, Bapa Suci mengungkapkan kesan-kesan perjalannya ke Paris dan Lourdes pada akhir pekan yang lalu, ia mengungkapkan kegembiraannya bahwa kunjungannya ke Lourdes bertepatan dengan perayaan Pesta Salib Suci. Bapa Suci menjelaskan bahwa Bunda Maria membuat tanda salib saat tampil pertama kalinya di hadapan Bernadette Soubirous di Grotto Massabielle. Seluruh pesan Bunda Maria di Lourdes, kata Bapa Suci, ditemukan dalam tanda salib yang dibuat oleh Bunda Maria. ”Bunda Maria menyatakan pokok iman Kristen: Tanda Salib adalah dasar iman kita, dan melakukannya dengan segenap jiwa kita memasuki kepenuhan misteri penyelamatan kita.”

Bapa Suci meneruskan dengan: ”Di Lourdes, dalam contoh Bunda Maria, sang rasul Kristus yang pertama dan sempurna, para peziarah belajar untuk menghargai salib-salib hidup mereka sendiri dalam terang yang dipancarkan Salib Kristus.” ”Allah sedemikian mencintai kita hingga Ia memberikan diriNya sendiri bagi kita, dan itulah pesan dari salib, dalam salib ada misteri kematian dan kejayaan,” sambung Bapa Suci, ”Salib mengingatkan kita bahwa tidak ada cinta kasih tanpa penderitaan, tidak ada rahmat kehidupan tanpa kesakitan.” Bapa Suci Benediktus 16 menutup renungannya saat audiensi ini dengan ”Banyak peziarah telah mengalami dan mempelajari kebenaran ini di Lourdes, yang adalah tempat menimba pengalaman iman dan harapan, karena Lourdes juga adalah tempat untuk belajar mencintai dan melayani sesama.”

Gereja merayakan Pesta Salib Suci sebab Kristus ditinggikan di salib. Yesus menderita dan wafat di salib demi keselamatan segenap umat manusia. Dengan salib-Nya Ia mengalahkan dosa dan menaklukkan maut. Sebab itu, salib bagi kita bukan lagi tanda penghinaan, melainkan tanda kemenangan. Salib menjadi pohon keselamatan, kehidupan dan kebangkitan kita. Salib akan bersinar di langit pada saat Kristus kembali dengan kemuliaan-Nya. Kita menandai diri dengan Tanda Salib sambil berharap akan mengambil bagian dalam kemuliaan dan kebahagiaan Kristus. Tetapi bersediakah kita mengikuti Kristus dengan memikul salib penderitaan dan penghinaan? Marilah kita mengenangkan kata-kata Santo Fransiskus Assisi yang selalu kita renungkan bersama saat kita mengenangkan Kristus dalam jalan salibNya, “Kami menyembah Engkau, ya Kristus, dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”





Santo Benediktus

10 07 2008

Kita mengenal sangat banyak ordo dan kongregasi tarekat hidup bakti dalam tubuh Gereja Katolik. Mereka, para imam, biarawan dan biarawati hidup dalam kebersamaan, kebersamaan dalam doa dan karya. Kami mengangkat kisah hidup Santo Benediktus. Beliau dikenal sebagai Bapak Monastik, pendiri cara hidup membiara di Eropa Barat, peletak dasar-dasar aturan bagi ordo dan komunitas biara. Hingga kini aturan-aturan yang dibentuknya lebih dari 15 abad lalu tetap menjadi dasar hidup ordo dan komunitas biara, bukan saja di Gereja Katolik, tetapi juga di Gereja Ortodoks dan Anglikan. Untuk menghormatinya pula, Kardinal Joseph Ratzinger memakai namanya sesudah ia terpilih memangku jabatan Paus, yaitu sebagai Paus Benediktus XVI. Baca entri selengkapnya »





Santo Antonius dari Padua

26 06 2008

Setiap tanggal 13 Juni diperingati sebagai peringatan wajib Santo Antonius dari Padua. Walaupun secara khusus di Balikpapan dan secara umum di Indonesia Santo Antonius dari Padua tidak dirayakan secara meriah, tetapi di banyak negara lain, khususnya Portugal dan Brazil. Tahun ini perayaannya juga lebih meriah di kedua negara tersebut karena bertepatan dengan 777 tahun wafatnya Santo Antonius dari Padua. Kami secara singkat mengangkat tema Santo Antonius dari Padua dan kisah hidupnya menanggapi panggilan Tuhan dan peranannya terhadap Gereja karena beliau adalah salah seorang dari Doktor Gereja modern yang berperan merumuskan banyak sekali butir-butir filsafat dan teologis dalam Gereja Katolik. Baca entri selengkapnya »